Gambar 1

Nothing is impossible, Anything can happen as long as we believe.

Gambar 2

Nothing is impossible, Anything can happen as long as we believe.

Gambar 3

Nothing is impossible, Anything can happen as long as we believe.

Gambar 4

Nothing is impossible, Anything can happen as long as we believe.

Gambar 5

Nothing is impossible, Anything can happen as long as we believe.

Kamis, 18 Desember 2014

Karyaku di BP2M Unnes part II

Presensi Daring Belum Kewajiban

Written By Marfuah Latief on Selasa, 29 April 2014 | 15.35

Pemberlakuan kebijakan presensi dalam jaringan (daring) yang dimulai sejak 3 Maret 2014 belum merupakan kewajiban. Pembantu Rektor bidang Akademik dan jajarannya beserta Badan Pengembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (BPTIK) akan melakukan monitoring lapangan terkait visibilitas dari penggunaan presensi daring. 

Sebagaimana dinyatakan Pembantu Rektor bidang Akademik Agus Wahyudin bahwa pemakaian presensi manual masih diperbolehkan. “Jika terdapat beberapa dosen yang tidak memungkinkan untuk melakukan presensi daring diberi kelonggaran untuk presensi manual,” terangnya (5/3).

Kurangnya access point pada beberapa gedung merupakan kendala saat awal penerapan kebijakan presensi daring. “Tiap gedung diharapkan memiliki minimal 2 access point per lantai,” tambahnya. Agus menambahkan peningkatan jaringan wireless fixed (wifi) di seluruh Unnes akan dilakukan guna menunjangnya.
Terkendala Koneksi Internet

Shanti Oktavilia, dosen jurusan Ekonomi Pembangunan mengungkapkan presensi daring perlu banyak penyesuaian, karena masih ditemui berbagai kendala yang dihadapi dosen. Ia berharap presensi daring tidak menjadi sistem yang abu-abu, yang mana semuanya harus sudah dipersiapkan secara penuh.

Menurut Shanti, presensi daring merupakan langkah maju dari Unnes sehingga ukuran kinerja menjadi lebih jelas dan objektivitas menjadi tinggi. Dia menyayangkan beberapa jaringan wifi yang kurang memadai. “Belum lagi kalau listrik mati, akibatnya malah menghambat proses perkuliahan,” katanya.

Senada dengan itu, Dosen Geografi Ananto Aji mengatakan presensi daring membuat tertib administrasi, kuliah dan presensi terpantau dan disiplin dosen serta mahasiswa terkontrol. Ananto menyatakan wifi masih menjadi kendala utama. “Jika wifi mati, presensi manual dan modem jadi penyelamat. Saya memaklumi hal itu, karena ini baru proses transisi,” jelasnya.

Memang perlu proses dan evaluasi terutama terkait wifiKesiapan dari dosen juga belum optimal, terbukti masih adanya beberapa dosen yang menggunakan presensi manual. M. Najmul Af’ad mahasiswa jurusan Sosiologi dan Antropologi menekankan perlunya pertimbangan dari banyak pihak.

 “Langkah jitu ini hendaknya perlu dioptimalkan dengan kerja sama seluruh pihak Unnes. Dengan begitu, semoga Unnes dapat menjadi salah satu universitas percontohan presensi daring di Indonesia,” tuturnya.

Arielila Utomo, mahasiswa jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia menyatakan kaget ketika mendengar sistem baru tersebut. Menurutnya, tidak ada sosialisasi mengenai presensi daring dari pihak jurusan, fakultas maupun universitas kepada mahasiswa.
Memenuhi Syarat

Alfath YanuartoKoordinator Divisi Layanan TIK menyatakan presensi mahasiswa sebenarnya merupakan otonomi dosen. Jika dosen ingin mengganti absensi kehadiran mahasiswa, kata Alfath, akan dimudahkan dengan presensi daring. Hal ini karena adanya wewenang dosen untuk melakukan hal tersebut.

Model presensi berbasis web ini dipilih dari berbagai kajian literatur dan melakukan perbandingan dengan kampus-kampus lain. “Ada yang menerapkan dengan kartu identitas, ada yang pakai finger print. Namun, model presensi daring ini yang paling cocok setelah dipertimbangkan,” ujarnya.


Dalam presensi daring ada beberapa syarat kondisi yang harus terpenuhi, yaitu akses internet atau wifi sudah menjangkau ruang kelas dan kelengkapan alat untuk memasukan presensi itu sendiri. Jika wifi belum sampai ke ruang kelas, bisa menggunakan presensi manual.“Nanti akan dicari solusinya dengan melihat keluhan-keluhan yang ada di lapangan,” terangnya. (Ayu, Aris, Dewi, Khusnul, Irkham, Mazid, Qismi)


Prodi Baru Menuju WCU

Written By theme magz on Kamis, 03 April 2014 | 15.06

Beberapa program studi (prodi) baru dibuka Unnes pada awal tahun 2014. Program baru tersebut terdiri atas 4 program magister dan 3 program doktor.

Prodi baru untuk program magister antara lain Pendidikan Luar Sekolah, Pendidikan Fisika, Ilmu Ekonomi dan Ilmu Kesehatan Masyarakat.

Sedangkan untuk program doktor, antara lain Pendidikan Matematika, Pendidikan IPA, dan Bimbingan Konseling.

Pembukaan program baru tersebut berkaitan dengan Visi Unnes, khususnya untuk menjadi Universitas kelas internasional. Dalam rangka mencapai Visi tersebut, Unnes membentuk 3 program pokok berupa program jangka pendek (tahunan), jangka menengah (empat tahunan) dan jangka panjang (10 tahun atau lebih).

“Pembukaan prodi baru ini masuk dalam rencana strategis empat tahunan yang merujuk pada rencana jangka panjang untuk mencapai Unnes konservasi, internasionalisasi, dan sutera,“ ungkap Agus Wahyudin, PR I bidang akademik saat ditemui di gedung Rektorat Rabu (5/3).

Pembukaan prodi baru Program Pasca Sarjana ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan program pendidikan jenjang magister dan doktor. “Tujuan jangka panjang dari pembukaan prodi-prodi baru ini di antaranya untuk memenuhi kebutuhan nasional akan doktor baru dan magister baru,” paparnya.

Selain program pasca sarjana, program S1 juga membuka prodi baru yaitu Pendidikan IPS. Agus menambahkan pembukaan prodi Pendidikan IPS sudah diajukan sejak lama, tetapi surat izin dari dikti belum juga turun sampai sekarang. Diperkirakan izinnya akan turun dalam waktu dekat karena semua tahapan sudah dilalui. Khusnul, Dewi

Karyaku di BP2M Unnes part I

Apakah Masih (Merasa) Salah Jurusan?

Written By Pers Unnes on Kamis, 04 September 2014 | 16.17

image : http://dinaralwaysdinar.blogspot.com/
Oleh Khusnul Khotimah

Do what you love. Love what you do.
Suatu ketika, seorang kawan merasa dirinya salah kamar, eh, maksudku salah jurusan. Ternyata tak hanya dia, beberapa kawan lainnya merasakan hal serupa. Tampaknya dari beberapa ribu mahasiswa (baru) yang masuk ke Perguruan Tinggi (PT) ada saja yang merasa salah jurusan. Barangkali hal ini disebabkan belum dimilikinya visi dan orientasi jelas dalam diri (calon) mahasiswa.

Sebagian mahasiswa yang (merasa) salah jurusan melampiaskan penyesalannya dengan bolos kuliah atau pergi ke suatu tempat untuk menenangkan diri. Namun, ada juga mahasiswa yang bertahan menghadapinya dengan terus belajar meskipun mengalami tekanan batin. Hal tersebut sesuai dengan penjelasan Weiten (1995 : 215) bahwa terdapat dua kemungkinan tingkat penyelesaian masalah diri terhadap keputusan salah jurusan setiap mahasiswa.

Respon perilaku yang muncul dalam penyelesaian masalah tersebut merupakan sebuah proses adaptasi. Pertama, menghadapi secara langsung (fight), kedua adalah menghindar (flight). Ada yang merasa salah jurusan tapi mampu belajar dengan baik karena dasar atau kemampuannya memang cukup membuatnya lulus dengan baik. Ada juga yang bertahan, namun kemampuan tidak mendukung, sehingga membuat kuliah terbengkalai. Atau justru meminta pindah jurusan dan atau mengikuti tes seleksi masuk Perguruan Tinggi (PT) di tahun berikutnya.  

Dalam jurnal INSAN media Psikologi, Fara Sofah Intani dan Endang R.Surjaningrum dari Fakultas Psikologi Universitas Airlangga Surabaya menuliskan, mahasiswa yang (merasa) salah jurusan biasanya menghadapi masalah-masalah seperti problem akademis, problem psikologis dan problem relasional. Saat mahasiswa (merasa) salah masuk jurusan, maka akan terjadi konflik dalam dirinya. Konflik tersebut bisa berupa konflik akademis -yang membuat sulit belajar, bolos kuliah, IPK jelek- maupun konflik psikologis yang mengakibatkan depresi, stres, atau bahkan mengisolasi diri.

Ketika seorang mahasiswa (merasa) salah masuk jurusan, ada beberapa hal yang bisa ditempuh untuk menghadapi atau memperbaikinya. Segera identifikasi hambatan yang bisa dianggap dapat mengganggu jalannya perkuliahan, seperti: saya belum nyaman dengan jurusan ini karena saya merasa belum banyak memiliki teman, jadi solusinya minimal saya harus berani berkenalan dengan satu orang pada setiap harinya.
Selanjutnya, bukalah pikiran dengan orang lain tentang masalahmu. Mencari tahu kelebihan jurusan yang kita pilih juga dapat memperkuat alasan kita, bahwa kita tidak salah memilih jurusan, sekadar berbagi dengan kakak tingkat yang berprestasi, juga menjadi salah satu penguat alasan bahwa kita tidak salah jurusan. Asal tahu caranya maka semuanya akan mudah dilakukan dan bermanfaat. Terpenting, perbaiki niat. Do what you love. Love what you do


Sekadar Permudah Prosedur Pemilihan

Written By Pers Unnes on Jumat, 13 Juni 2014 | 18.23

Suwito Eko Pramono merupakan satu dari lima calon rektor Unnes periode 2014-2018Ia mengatakan bahwa dirinya tidak mempunyai impian untuk menjadi pejabat tertinggi di Unnes. “Saya khawatir jika dibiarkan tidak ada yang mau mencalonkan diri,” jelasnya saat ditemui di ruang C2 112, Minggu (25/5).
Pencalonan dirinya sebagai calon rektor Unnes, lanjut Suwito, sebatas ingin mempermudah prosedur pemilihan. “Unnes memiliki banyak profesor, tetapi tidak ada yang mendaftar karena takut tidak mendapat suara. Padahal pemilihan mensyaratkan setidaknya terdapat minimal tiga calon yang lolosseleksi administrasi,” ungkapnya.
Tidak ada visi dan misi khusus yang akan diterapkan apabila Suwito terpilih.Menurutnya, yang diperlukan oleh Unnes adalah perbaikan dan penjelasan indikator-indikator capaiannya untuk menuju universitas yang sehat, unggul, dan sejahtera serta bertaraf internasional.

Kurang Transparansi
Pelaksanaan pemilihan rektor, menurut Suwito, kurang transparansi mengingatterdapat ketidaksesuaian jadwal dan ketidakjelasan pemberitahuan. “Tanggal 22 Mei,seharusnya dilaksanakan pemaparan visi dan misi calon rektor. Namun, saya tidak mendapat panggilan dan pembatalan resmi dari pihak terkait. Pengundurannya pun saya tidak tahu. Tentu saya tidak menyalahkan siapa-siapa, hanya saja seharusnya tidak seperti itu,” kata Suwito tanpa tiding aling-aling.
Walaupun tidak menyiapkan visi dan misi khusus, Suwito memiliki rencana yang akan  dilakukannya jika terpilih menjadi rektor. Salah satu rencana tersebut adalah penguatan posisi Unnes sebagai eks-IKIP. “Semua univeristas yang dulunya IKIP tidak boleh meninggalkan program kependidikan. FH-Unnes telah berdiri, bila selama dua tahun belum ada prodi kependidikan terancam ditutup,” terangnya (baca tanggapan Dekan FH Unnes). Sehubungan dengan hal tersebut, Suwito mengatakan belum ada kesiapan sistem dalam melihat posisi Unnes sebagai LPTK.
Beberapa strategi telah disiapkan Suwito dalam rangka penguatan posisi Unnes. Pertama, nation’s competitiveness, menghasilkan mahasiswa yang berkompeten dan memiliki daya saing. Keduaacademic atmosphere, mengembangkan suasana budaya akademik yang tinggi. Ketiga, organization health, membangun organisasi yang akan membentuk jiwa orang yang didalamnya sehat. Keempat,culture organization artinya tercapainya sosiabilitas dan solidaritas.Khusnul, Reshita

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design Downloaded from Free Blogger Templates | free website templates | Free Vector Graphics | Web Design Resources.